UNESCO Dukung Guru Gunakan AI untuk Pendidikan Inklusif Global


Ilustrasi AI di Sektor Pendidikan

Ilustrasi AI di Sektor Pendidikan

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), menyatakan dukungannya bagi para guru di seluruh dunia untuk memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) dalam proses belajar-mengajar. Teknologi ini dinilai memiliki potensi besar dalam menjawab tantangan pendidikan global sekaligus mempercepat tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dalam pernyataannya di laman resmi unesco.org, UNESCO menegaskan bahwa AI mampu mendorong inovasi dalam metode pengajaran dan pembelajaran. Lebih dari sekadar teknologi, AI diharapkan dapat membantu dunia bergerak menuju pencapaian Sustainable Development Goal (SDG) nomor 4: memastikan pendidikan berkualitas, inklusif, dan adil, serta memberikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.

“UNESCO berkomitmen untuk mendukung negara anggota dalam memanfaatkan potensi teknologi AI untuk mencapai Agenda Pendidikan 2030, sambil memastikan penerapannya dipandu oleh prinsip inklusi dan kesetaraan,” tulis UNESCO.
 

AI untuk Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Pengajaran

Pada International Education Day yang digelar Januari 2025 lalu, UNESCO mempertemukan pakar-pakar pendidikan dunia untuk membahas pemanfaatan AI di sekolah dan universitas. Salah satu pembicara adalah Mutlu Cukurova, Profesor di University College London, yang menilai AI dapat membantu guru menjadi lebih efisien, baik dalam membuat materi pembelajaran, merancang aktivitas kelas, maupun menyederhanakan pekerjaan administratif yang selama ini memakan banyak waktu.

Menurutnya, efisiensi tersebut bukan berarti menghilangkan peran guru, melainkan memberikan ruang lebih besar bagi pendidik untuk fokus pada interaksi manusiawi dengan siswa.

“Kita perlu memastikan bahwa perangkat AI meningkatkan pembelajaran, sambil tetap menjaga unsur-unsur manusiawi yang penting dalam pengajaran, termasuk peran mendasar guru,” jelas Cukurova.

Pendapat serupa disampaikan Shana Vidal White, Direktur Inisiatif Ekuitas CS di Kapor Center. Ia menegaskan, AI bisa menjadi alat transformasi pendidikan jika digunakan dengan bijak dan selalu melibatkan guru sebagai pusat proses belajar. Salah satu contoh nyata pemanfaatan AI adalah membantu siswa penyandang disabilitas dengan menyediakan materi dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

“Kecerdasan buatan harus mendukung siswa dalam keberagaman mereka, tanpa meminggirkan siapa pun,” ujarnya.
 

Etika dan Regulasi Khusus untuk AI di Pendidikan

Meskipun peluangnya besar, UNESCO juga mengingatkan adanya risiko jika AI digunakan tanpa aturan yang jelas. Shitanshu Mishra, Kepala Pembelajaran Digital, AI, dan Teknologi Informasi di UNESCO MGIEP, menekankan bahwa etika penggunaan AI di dunia pendidikan berbeda dari etika AI secara umum.

Menurutnya, AI merupakan fenomena global yang membutuhkan kerja sama lintas negara untuk mengurangi risiko, seperti bias algoritma, pelanggaran privasi, atau ketergantungan berlebihan terhadap teknologi.

“Perlu aturan khusus yang disesuaikan dengan konteks pendidikan, serta pembekalan keterampilan sosial dan emosional bagi guru dan siswa, agar AI digunakan secara bertanggung jawab dan inklusif,” kata Mishra.

Pendekatan ini menegaskan bahwa penggunaan AI di sekolah bukan hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut nilai-nilai kemanusiaan, perlindungan data, dan penguatan kapasitas guru agar dapat menjadi pengarah penggunaan AI di kelas.

 
Potensi Besar AI dalam Pendidikan

Pemanfaatan AI di dunia pendidikan sudah mulai terlihat di berbagai negara. Dari sistem pembelajaran adaptif yang menyesuaikan materi sesuai kemampuan siswa, hingga platform otomatis yang membantu guru menilai tugas lebih cepat, teknologi ini terbukti mampu menghemat waktu dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Bagi siswa, AI dapat menghadirkan pengalaman belajar yang lebih personal, interaktif, dan sesuai minat. Misalnya, AI dapat memberikan rekomendasi materi tambahan berdasarkan kelemahan siswa dalam topik tertentu, atau membantu mereka mengulang materi dengan metode berbeda hingga benar-benar memahami.

Namun, UNESCO menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat. Keberhasilan implementasi AI di pendidikan tetap bergantung pada kesiapan ekosistem pendidikan, termasuk pelatihan guru, infrastruktur digital, dan regulasi yang jelas.

 
Menatap Masa Depan Pendidikan dengan AI

Dukungan UNESCO terhadap pemanfaatan AI oleh guru di seluruh dunia menjadi sinyal penting bahwa teknologi ini bukan lagi sekadar tren, melainkan bagian dari strategi global untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Dengan pendampingan yang tepat, AI dapat membantu mengatasi berbagai masalah klasik di dunia pendidikan, mulai dari kekurangan guru di daerah terpencil, beban administratif yang tinggi, hingga keterbatasan akses bagi siswa dengan kebutuhan khusus.

Namun, keberhasilan tersebut membutuhkan sinergi antara teknologi, kebijakan, dan sumber daya manusia. Guru tetap memegang peran utama sebagai pendidik, motivator, dan pembimbing moral, sementara AI berperan sebagai alat pendukung yang memperkuat proses belajar.

Langkah UNESCO dalam mendorong pemanfaatan AI di pendidikan membuka peluang besar bagi transformasi pembelajaran yang lebih inklusif, efektif, dan berkualitas. Dengan prinsip etika yang kuat dan keterlibatan guru sebagai pusatnya, AI bisa menjadi mitra strategis dalam mewujudkan pendidikan masa depan yang lebih adil dan merata.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait